Minggu, 12 Desember 2010

Penyerahan Diri Kepada Tuhan

Penyerahan Diri Kepada Tuhan.

  pada 11 Desember 2010 jam 22:09
Krisna bersabda : Siapa yang menyerahkan diri  sepenuhnya kepadaKu dan berlindung kepadaKu,  maka dia akan Aku lindungi dan akan Aku bimbing menuju kesadaran Tuhan.
Apakah maksud menyerahkan diri dan berlindung disini?
Apakah dengan menyerahkan diri secara nyata begitu?
Tentu tidak, menyerahkan diri berarti melaksanakan ajaranNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Demi kepentingan manusia, Krisna mengajarkan cara yang mudah untuk berbakti  kepada Tuhan.
Bhakti ini ada 2 jenis, yaitu bakti yang biasa  dan bakti yang lebih tinggi tingkatannya disebut dengan para bakti.

Bakti yang biasa merupakan berbagai kegiatan persembahyangan dan upacara yang dilakukan oleh penganut, bersiarah ketempat-tempat suci, mandi disungai-sungai yang dianggap suci dll. Bhakti yang biasa ini mempergunakan sarana bunga, buah, daun dan air sebagai pemujaan kepada Tuhan, dari manakan asal benda-benda tersebut?
Semua itu merupakan ciptaan Tuhan. Bukan milik kita sesungguhnya.
Jadi dimana segi pengorbanan  jika kita mempersembahkan kepada Tuhan benda-benda yang diciptakan oleh Tuhan sendiri ?

Tetapi Bhakti yang mendalam atau Parabakti ini merupakan usaha-usaha untuk mengembangkan sifat-sifat yang sempurna dan selalu diliputi oleh kasih kepada Tuhan.
Bakti jenis ini mempergunakan benda-benda yang betul-betul menjadi milik kita,
  misalnya kita mempersembahkan bunga hati kita yang bersih kepada Tuhan,
buah karma kita yang baik kepada Tuhan,
Air mata penyesalan terhadap  pikiran perkataan perbuatan kita yang tidak baik dll.

Bhakti yang mendalam ini  dikelompokkan menjadi 3 tahap :
(1) Matkarmakrit, “bekerjalah demi Aku”.
(2) Matparamo, ”Semata-mata demi Aku”.
(3) Matbaktaha, “Berbaktilah hanya kepadaKu”.

Ada seorang Rsi yang bersumpah akan melaksanakan ahimsa dan berkata  jujur apapun yang terjadi.
Tatkala Rsi  ini melakukan tapa, ada seorang pemburu yang sedang berburu rusa.
Rusa yang diburu itu lari didepan sang Rsi dan bersembunyi.
Sang pemburu datang dan bertanya kepada  Rsi tsb,
“Apakah anda melihat rusa lari disini, dimana dia bersembunyi?”
Sang Rsi berada dalam suatu konplik batin yang sangat hebat, kalau ia mengatakan melihat, berarti ia telah menyebabkan matinya rusa itu, berarti melanggar sumpahnya tentang ahimsa.
Kalau ia berkata tidak, berarti ia sudah berkata bohong.
Setelah berfikir sejenak, akhirnya ia menemukan jalan yang terbaik untuk mengatasi dilema ini.
Ia menjawab dengan kata-kata yang membingungkan.
Jawabnya :
“Mata yang melihat tidak dapat mengatakan, sedangkan mulut yang berbicara tidak dapat melihat, Aku tidak dapat merubah yang melihat harus mengatakan, dan yang berbicara harus melihat, itu adalah kebenaran”.

Dengan jawaban ini maka Rsi tersebut terhindar dari masalah yang menimpanya.
Bhagawan Sri Satya Sai Baba manganjurkan kepada kita jangan berbohong.
Beliau mengatakan ”Jika engkau tidak dapat mengatakan yang sebenarnya lebih baik engkau diam dan tidak berbicara dari pada mengatakan yang tidak benar”.

Tuhan yang Maha  Besar atau Mahima bisa mengambil wujud yang terkecil dari pada yang paling kecil atau anima. Dikatakan jauh Beliau sangat jauh sekali, dikatakan dekat beliau dekat sekali yaitu didalam hati para bakta.

Ada sebuah cerita, Suatu ketika  Narada menghadap Tuhan dan Tuhan bertanya kepada Narada,
“Narada sepanjang penjelajahanmu didunia kemanapun engkau memandang engkau melihat 5 unsur yang hebat yaitu : Apah, teja, bayu, akasa, pertiwi.
Dari sepanjang penjelajahanmu manakah yang  terpenting dan terbesar dari kelima unsur itu?”
Narada menjawab :
“Tentu tanah yang paling besar”.
Tuhan melanjutkan lagi,
“Mana mungkin tanah yang paling besar kalau tiga perempat permukaan tanah ditelan oleh air, hanya seperempatnya saja yang menjadi daratan?”
Manakah yang kau anggap lebih besar, yang menelan atau yang ditelan?”
Akhirnya Narada mengatakan :
“air yang lebih besar.”
Tuhan  melanjutkan lagi,
”ketika para raksasa bersembunyi didasar samudra, Rsi Agastya meneguk air samudra hanya dengan sekali tegukan air samudra menjadi kering, sekarang katakan mana yang lebih besar air samudra atau Agastya?
Narada menjawab :
“Rsi Agastya yang lebih besar”.
Tuhan melanjutkan lagi, ketika  Rsi Agastya meninggalkan badan raga beliau hanya menjadi penghuni salah satu bintang kecil dikutub.
Rsi seagung Agastya sekarang hanya menjadi penghuni salah satu bintang diangkasa yang sangat luas.  Sekarang katakan mana yang lebih besar  Rsi Agastya atau Angkasa?
Narada menjawab :
“yang lebih besar adalah Angkasa.
Tuhan melanjutkan lagi, dalam sejarah ada diceritakan bahwa ketika Tuhan turun kedunia menjadi orang cebol, Wamana awatara, Beliau hanya menginjakkan satu kaki-Nya maka dunia sudah terinjak.
Sekarang katakan mana yang lebih besar Kaki Tuhan atau Akasa?
Narada menjawab :
Kaki Tuhan yang lebih besar.
Akhirnya Narada tiba pada satu kesimpulan bahwa kalau kakiNya saja sudah demikian besarnya, apalagi wujudnya.
Tapi Tuhan masih mempunyai satu pertanyaan lagi.
Tuhan yang maha besar  bisa mengambil wujud yang sangat kecil dari yang terkecil dan merelakan dirinya dikurung didalam hati para bakta yang betul-betul menyerahkan diri kepadaNya .
Sekarang katakan, mana yang kau anggap lebih besar yang mengurung atau yang dikurung?
Akhirnya Narada mengatakan  Bakta harus dianggap lebih besar dari pada Tuhan.

Memang sebenarnya manusia memiliki kekuatan yang sangat besar.
Dia mampu mengurung Tuhan didalam hatinya, tetapi karena awidya dia merasa kecil.
Dia mengatakan :  
Aham dehasmi, Aku adalah Badan.
Tetapi dengan mempelajari pengetahuan tentang Tuhan (Brahma Vidya) kita maju dari tahap Aham dehasmi  menjadi Aham Jiwasmi, Aku adalah Jiwa.
Dan selanjutnya melangkah lagi dari Aham Jiwasmi  menjadi Aham Brahma Asmi, Aku adalah Tuhan.
Yang diperlukan adalah keyakinan penuh bahwa apa yang disabdakan Tuhan tidak pernah bohong, Adakalanya manusia tidak sabar, dengan mengatakan :
Saya sudah bayak berbuat baik mengapa saya masih menderita, dll pernyataan-pernyataan serupa itu.

Dalam disiplin Spiritual ada 4 golongan pengabdi : Tipe
1. Arthi,
2. Arthaarti,
3. Jignasu dan
4. Jnani.

Tipe Arthi adalah kelompok orang-orang yang berdoa kepada Tuhan apabila dia sedang mengalami berbagai masalah dan cobaan.  
Arthaarti adalah kelompok orang yang memuja Tuhan dan memohon agar ia diberi kekayaan, jabatan, rumah mewah harta benda dll semacam itu.
Jignasu adalah kelompok orang  yang tidak henti-hentinya menekuni asas kerohnian.
Ia selalu mencari jawaban atas pertanyaan : Siapakah Tuhan? Bagaimana aku dapat mencapai Tuhan? Siapakan Aku? Kelompok pengabdi ini tekun mempelajari buku-buku tentang Tuhan.
Setelah tahap Jignasu ini dilewati,  pengabdi masuk ketahap Jnani yaitu orang yang mengetahui kebenaran, orang yang mempunyai Jnana atau pengetahuan.
Apakah pengetahuan duniawi yang dimaksudkan?
Tidak. Jnana adalah pengetahuan spiritual yang sejati, pengetahuan adikodrati.
Jnana adalah Pengetahuan tentang Tuhan.
Brahmavid Brahmaiva Bhawati artinya siapa yang mengetahui Tuhan maka dia akan menjadi Tuhan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar